Penelitian Tindakan Kelas

S. Efiaty

DaLam meningkatkan kuaLitas peran dan tanggung jawab seorang guru khususnya daLam pengeLoLaan pembeLajaran, maka seorang guru harus meLaksanakan PeneLitian Tindakan keLas (PTK). MeLaLui PTK, guru dapat meningkatkan kinerjanya secara terus-menerus, dengan cara meLakukan refLeksi diri (seLf reflection), yakni upaya anaLisis untuk menemukan keLemahan-keLemahan daLam proses pembeLajaran sesuai dengan program pembeLajaran yang teLah disusunnya, dan diakhiri oLeh refLeksi.

Pada tahun1975, Lawrence Stenhoese memperkenaLkan istiLah the teacher as researheryakni guru bukan hanya bertanggung jawab sebagai pengajar akan tetapi juga sebagai peneLiti daLam keLasnya. MeLaLui PTK, guru diharapkan dapat mengetahui keLemahan-keLemahan yang ditemukan pada saat proses pembeLajaran berLangsung dan menemukan cara atau tindakan untuk memecahkan masaLah yang ditemukan tersebut.

Menurut Wina Sanjaya daLam bukunya tentang PTK menyabutkan beberapa aLasan mengapa seorang guru harus meLakukan PTK, yaitu:

  • Hubungannya dengan tugas profesionaL guru, ia akan senantiasa untuk terus-menerus menambah dan meningkatkan kuaLitas pembeLajarannya secara sistematis dan empiris.
  • Berkaitan dengan otonomi guru daLam pengeLoLaan keLasnya, artinya guru bertanggung jawab penuh atas keberhasiLan pembeLajaran siswa. Sehingga guru memiLiki kesempatan yang besar untuk berimprovisasi dan berinovasi yang dianggapnya bermanfaat dan dapat meningkatkan produktifitas kerjanya.
  • Berkenaan dengan pemanfaatan hasiL peneLitian, jadi guru yang teLah meLaksanakan peneLitian tentu saja mengetahui kekurangan dan keLebihan daLam proses pembeLajarannya sehingga pemanfaatan dari hasiL peneLitiannya dapat ditindak Lanjuti untuk meningkatkan hasiL beLajar siswa.

 

Kadang guru-guru menemukan hasiL peneLitian yang diLakukan oLeh peneLiti Lain dan kemudian mengapLikasikannya kedaLam proses pembeLajaran dikeLasnya. Sebenarnya itu adaLah tindakan yang kurang tepat. Guru yang profesionaL tentunya akan menindak Lanjuti hasiL peneLitiannya sendiri dan bukan hasiL peneLitian orang Lain tentang keadaan siswa. Dengan bahasa sederhana, bahwa hanya guru itu sendiri yang mengetahui kondisi keLasnya dan bukan peneLiti dari Luar Lingkup keLasnya.
MisaLnya, seorang guru membaca diinternet tentang peneLiti yang menemukan metode mengajar X akan berpengaruh positif terhadap hasiL beLajar siswa. Dan kemudian guru tersebut menerapkan Langsung dikeLasnya. Tentunya itu kurang tepat, sebab hasiL dari peneLitian tersebut beLum tentu berhubungan Langsung dengan kebutuhan guru daLam proses pembeLajaran dikeLasnya. HasiL peneLitian tersebut hanya memuaskan bagi sang peneLiti itu sendiri yang beLum tentu menyentuh aspek kebutuhan dari guru secara praktis.
SeLanjutnya, Wina Sanjaya membagi kondisi yang diperLukan daLam peLaksanaan PTK. Kondisi-kondisi tersebut yaitu:
   1. Kondisi Guru.
  • Guru memiLiki sikap profesionaL, yakni seLaLu berpikir untuk meningkatkan hasiL beLajar siswanya.
  • Guru bersikap terbuka, artinya guru bersedia menerima masukan dan kritikan untuk perbaikan mengajarnya.
  • Guru memiLiki keinginan untuk menambah wawasan, yakni guru seLaLu haus akan iLmu pendidikan.

2. Kondisi Pimpinan SekoLah dan Para Administrator Lainnya.

  • Kepemimpinan kepaLa sekoLah yang bersikap terbuka, yaitu memberikan kebebasan kapada guru untuk berimprovisasi daLam meLaksanakan tugas mengajarnya.
  • KepaLa sekoLah dan Pengawas berperan sebagai motivator, yaitu menghargai setiap kreatifitas yang diLakukan oLeh guru.
  • Pimpinan sekoLah perLu merumuskan dan menyusun program yang bersifat menantang dan memberikan peLuang untuk memungkinkan guru dapat meLakukan inovasi daLam pembeLajarannya.

Leave a comment